Sebelumnya saya sudah membagikan sebagian kisah sejarah tentang pelabuhan manado, kampung texas, dan kuala jengki. Kali ini masih dari sejarah tengtang manado namun lebih dekat dengan kisah kekristenan di kota Manado. Dari kisah ini juga kita bisa tahu bahwa Kekristenanlah yang menjadi awal dan bibit berkembangnya kota Manado hingga sekarang ini.
PANTAI SINDULANG - INJIL/KABAR BAIK - Pater DIOGO DE MAGELHAES Bulan Mei Tahun 1563
Pantai Sindulang tak sekadar mengisahkan debur ombak dan cerita Nelayan “Soma Dampar” (Pukat) milik juragan-juragan pribumi Bowontehu, atau seorang "Nyong Pranggang" (Lelaki Remaja) yang pulas tertidur di samping Lampu Kana menanti datangnya waktu riuh teriakan; “HELA HALUANG KAMUDI’’ dari Kultur Menjaring Ikan di pesisir ini yang diiringi Makian dan Doa di tengah malam.
Tak juga sekadar kisah-kisah para Pekerja Onderneming dengan gaji pas-pasan di Kebun-kebun Kelapa yang membentang dari muara kali Tondano/Kuala Jengki hingga muara kali/Kuala Bailang di Tumumpa pada masa penjajahan Belanda. Juga bukan cuma tentang Tari Polka “Polonese dan Katrili” peninggalan budaya Spanyol - Portugis bagi masyarakat Borgo, dengan aroma keras bau Sopi, atau Tarian Cakalele Hasa yang rancak ditarikan para Lelaki Borgo-Bowontehu dengan Pedang sambil melototkan mata seramnya.
Tetapi muara kali Tondano/Kuala Jengki atau tepatnya di Pantai Sindulang menjadi Saksi Bisu bagaimana ketika INJIL - KABAR BAIK di Tahbiskan oleh Pater DIOGO DE MAGELHAES disitu, sehingga hal tersebut menjadi titik awal masuknya INJIL di Manado dan Minahasa.
Singkil Sindulang adalah sebuah pesisir dalam peta Pertumbuhan Iman Umat-umat Pilihan ALLAH di Utara Manado bahkan di timur Nusantara.
Empat abad perang dan kolonialisme yang tak hanya menelan banyak korban jiwa, tapi juga menjumpakan masyarakat di sini dengan ke-Kristenan. Bila mensitir kitab Ulangan 7:6, maka tak berlebihan bila kawasan pesisir dari Tanah Minahasa ini disebut “Israel Diaspora” mula-mula di Sulawesi Utara. (Israel Diaspora adalah sebuah istilah bagi umat Allah yang berada di luar teritorial Negara Israel). Dan bila Kitab Perjanjian Lama menegaskan dimana TUHAN ALLAH sendiri yang memilih umat-Nya, maka di kurun empat abad lampau itu di Manado, dari sisi Teologis kita bisa menyimpulkan dimana TUHAN ALLAH sendiri juga yang memilih umat-Nya mula-mula di kawasan pesisir ini hingga menjadi jemaat-jemaat-Nya.
Para Nelayan, Petani, Pekerja kasar dan Tukang, juga Raja-raja menjadi hamba-bamba-Nya yang setia membangun aras-aras pelayanan melintasi abad dan kurun waktu hingga menjadi Gereja hari ini. (Yesaya 41:8,9; 43:1). Penumpahan air baptisan oleh Pater DIOGO DE MAGELHAES terhadap Dua Orang Pemimpin yakni Raja Siau kedua yang bernama “Posumah” dan Kulano Bowontehu beserta ± 1500 Penduduk Manado pada Bulan Mei Tahun 1563 dan Baptisan yang Pater DIOGO DE MAGELHAES lakukan selama 14 Hari dilaporkan kepada Raja Portugis di Lisbon Portugal sebagaimana tercatat dalam Literatur Sejarah Gereja Katholik di Manado, dan baptisan ini terjadi disebabkan persaingan antara Kesultanan Ternate dan Portugis di Ternate dalam memperluas pengaruh wilayah Kekuasaan dan Sultan Ternate yang bernama “HAIRUN” sedangkan mempersiapkan Armada yang di Pimpin oleh Pangeran “BAAB’ULLAH” untuk membawa Siar Islam di Sulawesi Utara.
Mendengar hal tersebut, Penguasa Portugis di Ternate "HENRIQUE DE SA", langsung mendahului dan mengirim sebuah Armada Kapal Layar kecil dengan tujuan akhir Toli-Toli pada bulan Mei 1563. Dalam rombongan Portugis tersebut terdapat seorang Imam Katholik yang bernama “DIOGO DE MAGELHAES” dan tugasnya adalah mengabarkan Injil. Rombongan ini dijemput oleh Raja Siau kedua yang bernama Raja Posumah.
Sejarah lain mencatat:
JOHN RAHASIA, seorang Pejuang, Sejarawan, Cendekiawan dan Penulis Buku “Tagaroalogi” dalam ceramahnya di Gereja Patmos Bunaken tahun 1980, menjelaskan bahwa ada ± 5000 Anggota Jemaat yang ditemukan Pendeta/Ds. WERNDLY pada tahun 1707 di Manado yang adalah merupakan produk dari penginjilan pada masa Portugis.
Sebelum kedatangan Ds. WERNDLY tahun 1707, Ds. JACOBUS MONTANUS sebagai Pendeta dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) atau Serikat Misonaris Negeri Belanda adalah suatu organisasi yang berkarya dalam bidang pengabaran Injil dan penyebar agama Kristen, berpusat di kota pelabuhan Rotterdam, Belanda dari Nederlandsche Hervormd Kerk (NHK)/ Aliran Gereja Protestan Reformasi. Ds. JACOBUS MONTANUS sebagai Pendeta dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) pertama yang datang ke kawasan ini menemukan segolongan orang yang merupakan Jemaat Kristen di pesisir Manado di tahun 1675, hal ini menegaskan dimana lebih dari dua setengah abad sebelum GMIM lahir di tahun 1934, sudah ada Jemaat Kristen di Manado Utara.
Dan Kesaksian yang sama juga ditulis dalam beberapa literatur antara lain karangan dr. GODEE MOLSBERGEN, WESSELS, SCHWENGKE, PETER MUSKENS, dan buku dari Dr. MULLER KRUGER, seorang Dosen yang pernah mengajar di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta (STT Jakarta). Itulah SINDULANG yang dahulu disebut SIDOLA dimana “JEMAAT KRISTEN TERTUA DI MANADO/MINAHASA” bermula, yang mempunyai Arti dan Makna secara Khusus yaitu Tempat Menjemput para Nelayan Bowontehu yang sehabis Mencari Ikan di Laut dan secara Umum mempunyai Arti dan Makna sebagai Tempat Menjemput orang-orang pribumi yang datang dari Utara yaitu dari Kepulauan Siau-Sangihe, pribumi yang datang dari Pedalaman Minahasa yang turun gunung, para Pedagang Arab, China dan Ternate yang kesemuanya akan melakukan Barter Dagang Bahan Makanan dan Bahan-bahan lainnya di muara kali Tondano/Kuala Jengki atau tepatnya di Pantai Sindulang.
Sekiranya Pemerintah Daerah dan DPRD Manado atau Sulut berkenan, semestinya di Muara Kali Tondano (Kuala Jengki) tersebut dibangun Monumen Baptisan Kristen sebab disitulah menjadi tanda ke Kristenan bermula masuk di Manado/Minahasa, bahkan tempat ini jauh lebih bermakna dibandungkan Monumen Patung Yesus memberkati di Citra Land Manado yang kurang bermakna.
Sumber : Diadaptasi dari Postingan FB FanPage Manado
-----------
Empat abad perang dan kolonialisme yang tak hanya menelan banyak korban jiwa, tapi juga menjumpakan masyarakat di sini dengan ke-Kristenan. Bila mensitir kitab Ulangan 7:6, maka tak berlebihan bila kawasan pesisir dari Tanah Minahasa ini disebut “Israel Diaspora” mula-mula di Sulawesi Utara. (Israel Diaspora adalah sebuah istilah bagi umat Allah yang berada di luar teritorial Negara Israel). Dan bila Kitab Perjanjian Lama menegaskan dimana TUHAN ALLAH sendiri yang memilih umat-Nya, maka di kurun empat abad lampau itu di Manado, dari sisi Teologis kita bisa menyimpulkan dimana TUHAN ALLAH sendiri juga yang memilih umat-Nya mula-mula di kawasan pesisir ini hingga menjadi jemaat-jemaat-Nya.
Para Nelayan, Petani, Pekerja kasar dan Tukang, juga Raja-raja menjadi hamba-bamba-Nya yang setia membangun aras-aras pelayanan melintasi abad dan kurun waktu hingga menjadi Gereja hari ini. (Yesaya 41:8,9; 43:1). Penumpahan air baptisan oleh Pater DIOGO DE MAGELHAES terhadap Dua Orang Pemimpin yakni Raja Siau kedua yang bernama “Posumah” dan Kulano Bowontehu beserta ± 1500 Penduduk Manado pada Bulan Mei Tahun 1563 dan Baptisan yang Pater DIOGO DE MAGELHAES lakukan selama 14 Hari dilaporkan kepada Raja Portugis di Lisbon Portugal sebagaimana tercatat dalam Literatur Sejarah Gereja Katholik di Manado, dan baptisan ini terjadi disebabkan persaingan antara Kesultanan Ternate dan Portugis di Ternate dalam memperluas pengaruh wilayah Kekuasaan dan Sultan Ternate yang bernama “HAIRUN” sedangkan mempersiapkan Armada yang di Pimpin oleh Pangeran “BAAB’ULLAH” untuk membawa Siar Islam di Sulawesi Utara.
Mendengar hal tersebut, Penguasa Portugis di Ternate "HENRIQUE DE SA", langsung mendahului dan mengirim sebuah Armada Kapal Layar kecil dengan tujuan akhir Toli-Toli pada bulan Mei 1563. Dalam rombongan Portugis tersebut terdapat seorang Imam Katholik yang bernama “DIOGO DE MAGELHAES” dan tugasnya adalah mengabarkan Injil. Rombongan ini dijemput oleh Raja Siau kedua yang bernama Raja Posumah.
Sejarah lain mencatat:
JOHN RAHASIA, seorang Pejuang, Sejarawan, Cendekiawan dan Penulis Buku “Tagaroalogi” dalam ceramahnya di Gereja Patmos Bunaken tahun 1980, menjelaskan bahwa ada ± 5000 Anggota Jemaat yang ditemukan Pendeta/Ds. WERNDLY pada tahun 1707 di Manado yang adalah merupakan produk dari penginjilan pada masa Portugis.
Sebelum kedatangan Ds. WERNDLY tahun 1707, Ds. JACOBUS MONTANUS sebagai Pendeta dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) atau Serikat Misonaris Negeri Belanda adalah suatu organisasi yang berkarya dalam bidang pengabaran Injil dan penyebar agama Kristen, berpusat di kota pelabuhan Rotterdam, Belanda dari Nederlandsche Hervormd Kerk (NHK)/ Aliran Gereja Protestan Reformasi. Ds. JACOBUS MONTANUS sebagai Pendeta dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) pertama yang datang ke kawasan ini menemukan segolongan orang yang merupakan Jemaat Kristen di pesisir Manado di tahun 1675, hal ini menegaskan dimana lebih dari dua setengah abad sebelum GMIM lahir di tahun 1934, sudah ada Jemaat Kristen di Manado Utara.
Dan Kesaksian yang sama juga ditulis dalam beberapa literatur antara lain karangan dr. GODEE MOLSBERGEN, WESSELS, SCHWENGKE, PETER MUSKENS, dan buku dari Dr. MULLER KRUGER, seorang Dosen yang pernah mengajar di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta (STT Jakarta). Itulah SINDULANG yang dahulu disebut SIDOLA dimana “JEMAAT KRISTEN TERTUA DI MANADO/MINAHASA” bermula, yang mempunyai Arti dan Makna secara Khusus yaitu Tempat Menjemput para Nelayan Bowontehu yang sehabis Mencari Ikan di Laut dan secara Umum mempunyai Arti dan Makna sebagai Tempat Menjemput orang-orang pribumi yang datang dari Utara yaitu dari Kepulauan Siau-Sangihe, pribumi yang datang dari Pedalaman Minahasa yang turun gunung, para Pedagang Arab, China dan Ternate yang kesemuanya akan melakukan Barter Dagang Bahan Makanan dan Bahan-bahan lainnya di muara kali Tondano/Kuala Jengki atau tepatnya di Pantai Sindulang.
Sekiranya Pemerintah Daerah dan DPRD Manado atau Sulut berkenan, semestinya di Muara Kali Tondano (Kuala Jengki) tersebut dibangun Monumen Baptisan Kristen sebab disitulah menjadi tanda ke Kristenan bermula masuk di Manado/Minahasa, bahkan tempat ini jauh lebih bermakna dibandungkan Monumen Patung Yesus memberkati di Citra Land Manado yang kurang bermakna.
Sumber : Diadaptasi dari Postingan FB FanPage Manado
-----------
Hai...
Anda senang dengan artikel ini silahkan berikan jempol dan pastikan beri komentar yang positif ya.
Anda bisa juga membagikannya ke teman, sahabat, keluarga, atau rekan kerja. Gampang kok... klik saja salah satu icon media sosial yang ada di bagian kiri layar (kanan anda) sesuai selera anda. Biar bisa semakin banyak orang yang tahu dan ikut senang juga. Ketemu lagi ya di postingan berikutnya.
Salam hangat,
Salam hangat,
1 Komentar
Terimakasih
BalasHapus