Beberapa waktu terakhir ini, Indonesia dilanda pemberitaan yang sebenarnya kecil tapi gaungnya sampai menyentuh banyak pihak yang entah memang berkepentingan atau hanya ikut nimbrung supaya kelihatan andilnya membahas masalah yang satu ini. Teman-teman dan saudara-saudara sebangsa dan setanah air kini lagi asyik membahas "apakah mengucapkan 'SELAMAT HARI NATAL' untuk umat Kristiani, haram bagi umat muslim atau tidak?"
Bagaimana menurut anda? Baik anda seorang muslim maupun seorang Kristen, apakah anda mau menyatakan halal atau haram?
Menyangkut masalah ini, maka HATI PITATE mencoba merangkumnya.
Terkait pernyataan para kaum pro-haram, bahwa mengucapkan selamat Natal itu haram, kami bisa memahaminya dengan jelas. Pada dasarnya kan umat muslim menolak status Yesus Kristus sebagai TUHAN, maka wajar saja kalau mereka menolak untuk merayakan secara berlebihan kelahiran Yesus. Berhubungan dengan keyakinan umat Kristen yang meyakini Yesus sebagai Tuhan dan merayakan Natal, maka bila umat muslim memberikan selamat, berarti secara tidak langsung maka ada persetujuan atau turut mengaminkan keyakinan umat Kristen. Itu tidak bisa dibantah dan benar menurut iman mereka.
Tapi, ada seorang Prof. Quraish Shihab yang menyatakan bahwa mengucapkan Selamat Natal itu tidak haram. Bahkan bila dikaitkan dengan budaya sopan santun dalam hidup bermasyarakat, maka beliau menggolongkan ucapan selamat natal sebagai basa-basi kepada umat kristen. Secara iman, bisa saja umat muslim menyatakan Natal itu sebagai kelahiran Nabi Isa, seorang manusia, dan bukan kelahiran seorang Tuhan atau Anak Allah.
Akhirnya, Menteri Agama Republik Indonesia angkat bicara dengan meminta agar umat Kristiani di Indonesia berbesar hati karena memang sekarang masih beragam pandangan di dalam umat muslim tentang perayaan natal. Lebih lanjut umat Kristen diajar untuk menghormati pandangan umat muslim tersebut.
Ah, semakin hari semakin pelik dan membingungkan. Dari ketiga paham di atas secara umum bisa disimpulkan, bahwa Umat Kristen yang merayakan Natal harus tegar menerima perkembangan ini. Tidak usah berharap datangnya ucapan Selamat Natal dari umat muslim karena itu haram buat mereka, kalau pun ada mungkin itu hanya basa-basi atau dalam penafsiran berbeda. Dan untuk itu juga umat Kristen harus ber-BESAR HATI.
Maka saya sebagai pemeluk agama Kristus dan pengikut Tuhan Yesus Kristus mau menjawab :
- Umat Kristiani pada dasarnya tidak merayakan Natal dari banyaknya ucapan selamat yang masuk. Bahkan di saat merayakan Natal, kami justru mengkonsentrasikan diri mensyukuri kehadiran Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia ini serta bersiap untuk menanti kedatanganNya yang kedua kali sebagai Raja dan Hakim. Kalau pun ada perayaan, maka itu adalah ekspresi sukacita karena diselamatkan lewat hadirnya Yesus dalam hidup kami. Persoalan apakah ucapan selamat itu penting, lebih menuju kepada hubungan sosial. Kami sendiri mengucapkan selamat kepada saudara seiman dengan maksud bahwa orang itu juga menjadi bagian yang diselamatkan oleh Yesus Kristus yang lahir itu.
- Ketika umat muslim merayakan Idul Fitri sebagai hari Kemenangan dan kembali disucikan dari semua kesalahan, maka kami mengucapkan selamat atas kemenangan mereka. TETAPI kami sendiri juga tidak pernah meyakini bahwa dengan puasa selama sebulan akan menyucikan diri dari dosa. Tapi kami turut senang dan bergembira karena ada teman, sahabat, dan kenalan kami yang mendapatkan keberhasilan dalam hidupnya. Pertanyaannya, kenapa umat muslim tidak berpikir yang sama, memberikan selamat Natal karena teman atau sahabat mereka, yang umat Kristen memiliki seorang penebus dosa? Itu kan juga tidak secara langsung membuat umat muslim memiliki penebus yang sama.
- Di sebagian besar daerah di Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim mungkin hal ini tidak akan menjadi kendala. Mau ucapkan Selamat Natal juga untuk siapa kalau semua teman, sahabat, saudara, dan kenalan sama-sama umat muslim. Tapi di daerah kami, MANADO - SULAWESI UTARA, hal tersebut bisa saja jadi masalah. Kenapa? karena di sini dalam satu keluarga antara kakak dan adik, orang tua dan anak, kakek/nenek dan cucu, atau hubungan kerabat lainnya, bisa saja ada yang beragama Kristen dan Islam. Karena hubungan perkawinan di manado terjadi tidak mengenal latar belakang agama, dan ini sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. Nah, bayangkan saja kalau hubungan persaudaraan itu harus retak atau renggang hanya karena tidak mengucapkan salam atau selamat. Padahal selama ini kami selalu saling memberikan selamat, mengunjungi, dan menopang satu sama lain walau berbeda agama. Haruskan semua itu rusak?
- Intinya, umat Kristen berharap agar masalah ucapan Selamat Natal tidak usah menjadi batu sandungan buat kami beribadah dan merayakannya. Kalau pun teman-teman, sahabat, dan kenalan ingin memberikan ucapan, maka kami juga akan menerimanya dan mengaminkannya bahwa penebus kami sudah lahir. Kalau pun tidak, maka tidak juga menjadi persoalan karena tidak ada kewajiban, aturan, atau himbauan untuk melakukan itu. Apalagi bila ucapan selamat tersebut hanya untuk basa-basi, mungkin sebaiknya tidak karena basa-basi biasanya lahir dari "ketidaktulusan hati".
Bila ucapan salam "Assalamualaikum" bisa berdampingan dengan "Shalom Aleichem" yaitu menyatakan dan mendoakan agar penerima salam bisa hidup dalam kebaikan dan kesejahteraan. Mari jadikan ucapan Selamat Natal sebagai ungkapan iman turut bersukacita dengan orang yang bersukacita. Maka itu lebih baik kiranya.
Selamat Natal...
0 Komentar